Selasa, 18 Desember 2007

MENULIS CERPEN DENGAN MUDAH

Oleh Ronidin


Dikatakan oleh banyak orang bahwa menulis itu ibarat rumah dengan pintu yang selalu terbuka. Siapa pun orangnya dapat memasuki rumah itu. Tidak terkecuali kamu. Syaratnya kamu harus memiliki motivasi dan tekad untuk melaksanakan motivasi itu. Tidak ada teori yang dapat mengantar seseorang untuk menjadi penulis jika tidak diaplikasikan langsung. Jadi, untuk menjawab pertanyaan bagaimana sebenarnya menjadi seorang penulis itu, maka jawabannya adalah dengan menulis, menulis dan menulis.
Lalu, bagaimana dengan menulis cerpen? Jawabannya sama. Mulailah menuliskannya. Dari mana harus dimulai? Dari dalam rumah yang pintunya selalu terbuka itukah atau dari mana saja? Terserah Anda. Yang penting menulis dulu. Menulis cerpen (seperti juga menulis yang lain) mulanya berawal dari ide. Dari mana ide diperoleh? Dari sekitar kita. Ide-ide yang berceceran di mana-mana kita punguti dan kita olah. Untuk mengolah ide-ide itu perlu pengetahuan yang cukup tentang apa saja termasuk pengetahun kemanusiaan serta ketajaman Anda dalam melakukan observasi. Tanpa pengetahuan itu, Anda tidak mungkin bisa melukiskan peristiwa dan tokoh cerita Anda dengan meyakinkan. Tanpa observasi yang tajam, Anda tidak bisa melihat apa-apa dari kehidupan di sekeliling Anda, meskipun kedua pelupuk mata Anda terbuka lebar-lebar. Untuk itu langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah membuka mata batin Anda. Cari ide itu dengan cara mengamati siklus kehidupan sehari-hari dengan cermat. Anda tidak bisa menunggu ide itu turun dari langit. Misalnya: Anda pulang pergi ke sekolah, kampus, pasar, sawah, dan lain-lain. Dalam perjalanan itu Anda pasti menyaksikan banyak peristiwa. Jangan Anda lewatkan peristiwa itu. Manfaatkan momen itu untuk mencari ide cerita apa yang bisa Anda tulis menjadi cerpen.
Selanjutnya setelah ide itu Anda dapatkan, maka jangan tunggu lama. Segeralah menuliskannya. Kalau tidak ide itu akan hilang berganti dengan ide yang baru. Agar ide itu tidak hilang, ada cara yang biasa dilakukan dengan menyediakan potongan kertas atau kartu ide. Setiap Anda menemukan ide, Anda catat di kartu itu. Sewaktu diperlukan, Anda tinggal menuliskannya. Catatlah ide itu dengan kalimat yang baik dan jelas. Tidak serampangan. Kalau perlu dengan kalimat yang menggugah minat untuk meneruskannya.
Ketika ide sudah ada, observasi sudah dilakukan dan bahan-bahan lain sudah tersedia pula, lalu apa yang akan dilakukan? Mulailah menulis kalimat pembuka. Ingat, kalimat pembuka itu harus menarik, supaya pembaca merasa tertarik untuk meneruskan bacaannya terhadap cerpen Anda. Dengan kalimat pembuka yang baik, Anda telah memberikan daya kejut kedua setelah judul. Sebuah pembuka yang menarik menyebabkan pembaca bertanya-tanya: apa peristiwa sebenarnya yang ingin disampaikan dalam cerpen tersebut. Contoh pembuka yang baik dapat Anda baca dalam cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis.
Sementara itu hal lain yang paling penting dalam sebuah cerpen adalah konflik. Terserah Anda mau menulis cerita tentang apa saja, yang penting Anda tidak mengabaikan konflik di dalamnya. Cerpen tanpa konflik hanya akan jadi teks pidato. Konflik terjadi karena pertentangan kepentingan yang Anda bangun dalam cerpen itu, umpamanya pertentangan kepentingan antara yang baik dengan yang tidak baik.
Seterusnya yang perlu ada dalam cerpen adalah suspensi atau ketegangan. Hadirkanlah suspensi atau ketegangan itu dengan cara-cara yang tidak diduga pembaca. Misalnya suspensi saat-saat si tokoh cerita menghadapi masalah yang begitu besar, sehingga rasa-rasanya ia tidak akan mampu menyelesaikannya. Efek dramatik dari detik-detik genting ini sangat besar perannya dalam cerita, karena ia sangat kuat merangsang tanggapan emosional pembaca. Tapi jangan lantas mendramatisir cerita. Kalau masalahnya kecil, jangan dibesar-besarkan.
Selain konflik dan suspensi, hal yang tak kalah pentingnya adalah penokohan. Penokohan penting karena apa yang digambarkan dalam cerpen sebenarnya adalah realitas yang ada dalam masyarakat. Dalam hal inilah pentingnya Anda memiliki pengetahuan yang dalam tentang sifat dan karakter manusia. Kalau Anda membuat beberapa tokoh, bagaimana sifat-sifat tokoh itu Anda harus hafal betul. Kalau dia seorang dokter, bagaimana karakter dokter itu, bagaimana caranya berbicara, berjalan, berpakaian, dll. Penokohan yang baik menimbulkan kesan bahwa penulisnya memiliki pengetahuan tentang itu. Selanjutnya fokus cerita dalam cerpen harus jelas. Tidak bercabang ke mana-mana. Cerpen biasanya berupa penggalan peristiwa yang dialami oleh seseorang. Jadi, ceritanya tidak bercabang seperti yang ada dalam novel atau roman. Satu hal lagi adalah soal dialog sebagai pemberi informasi kepada pembaca. Dialog dalam cerpen harus dirangkai dengan jelas dan efektif.
Terakhir, sebuah cerpen hendaknya ditutup dengan ending yang mengesankan Terserah Anda, mau memilih happy ending atau unhappy ending. Yang jelas, ending harus benar-benar memberi kejutan dan kesan yang mendalam bagi pembaca. Jangan membuat ending yang sudah bisa ditebak. Terima kasih.



Tidak ada komentar: